Kita Semua Bisa Berinovasi - akuiki
Baru Update
Loading...

Kita Semua Bisa Berinovasi


Walau kita terlahir kreatif namun tidak secara langsung kita memiliki kemampuan untuk menciptakan inovasi. Kemampuan ini merupakan sesuatu yang dilatih, dipelajari, dan dibiasakan. Kalau membahas soal kemampuan berinovasi, sewaktu kecil saya pun bukan termasuk anak yang kreatif. Saya termasuk anak yang rata-rata saja. Baik dari segi IQ maupun nilai akademis. Namun seiring berjalannya waktu, saya pelan-pelan belajar menjadi kreatif. mulai dari pengaruh faktof lingkungan, tempat belajar bahkan pekerjaan. 

Thomas Alva Edison, inventor bola lampu pijar, juga bukan termasuk orang yang kreatif dan inovatif di masa kecilnya. Justru dia dikenal sebagai vatif di masa murid yang 'lamban' di sekolah. Ia butuh waktu lebih lama untuk mempelajari segala sesuatu dan mengalami kesulitan belajar. Masa kecilnya tidak mudah. Di usia 6 tahun ia menyebabkan kebakaran yang merusak gudang milik keluarganya. Sebagai hukuman, ia dicambuk oleh ayahnya. Setahun setelah itu keluarganya pindah dan Edison sakit hingga harus menangguhkan sekolah sampai umur 8 tahun.

Sang kepala sekolah menganggap Edison anak yang luar biasa bodoh dan keras kepala. Namun ibunya berpandangan lain. Ia mengeluarkan anaknya dari sekolah dan mengajarinya sendiri di rumah. Ia mengajarinya dengan buku-buku yang jauh di atas level anak lain seusia Edison. Pengetahuannya tidak hanya sebatas sains, tapi juga filsafat, bahasa Inggris, dan sejarah. Ketika berusia 11 tahun, ia membuat laboratorium milik sendiri di basement rumah dan di sanalah kreativitas Edison semakin terasah. 

Di usia 12, Edison mulai bekerja dan belajar. Ia menjual makanan, permen, dan koran kepada  penumpang kereta api di Detroit. Selama perjalanan ia membaca buku dan menjadi salah satu pelanggan pertama perpustakaan gratis Detroit. Ia membaca semua buku sampai habis dan membuat sendiri laboratorium di belakang kereta. Tapi pekerjaan ini menyebabkan ia kehilangan pendengaran. Menjadi tuna rungu membuat Edison jadi lebih fokus membaca buku-bukunya. Namun kemudian laboratoriumnya meledak gara-gara zat kimia buatannya.


Edison pun dikeluarkan dari pekerjaannya di kereta. Saat berusia 16, Edison meninggalkan pekerjaan di kota kelahirannya dan bekerja sebagai operator telegraf. Dari Boston ia pindah ke New York dan bekerja di Gold Indicator Company. Karena tidak punya uang, ia diberi tempat tidur di basement. Kemudian ia bekerja di Western Union sebagai inventor. Ia menjadi pemilik dan manajer dua toko. Dengan keberhasilan bisnis dan keterampilannya sebagai ilmuwan, ia pun menjadi salah satu penemu terbesar di dunia, yang memegang ribuan hak paten.


Dari kisah Thomas Alva Edison di atas, dapat disimpulkan bahwa siapapun bisa jadi inovatif, walaupun ketika kecil tidak pintar. Asalkan mau belajar, mengasah ilmu, berpikir, dan berimajinasi, juga punya kemauan yang tinggı maka siapapun bisa jadi seorang inovator. Untuk berinovasi Anda tidak perlu jadi ilmuwan seperti Thomas Alva Edison. Asalkan punya sentuhan kreatif, inovasi bisa dilakukan. Karena kembali lagi pada definisi inovasi: upaya atau proses yang dilakukan untuk membuat perubahan dari sesuatu yang sudah ada menjadi karya baru atau karya yang lebih bernilai.

Bagikan ini ke Teman Kamu

Add your opinion
Disqus comments
Notification
Belum ada info guys..
Done