Malam semakin larut, begitu sunyi. Hanya ada suara serangga kecil dan mata Lita yang masih terjaga. Kembali Lita ingat masalahnya bersama Sinta, dan Nindi hari ini. Karena kecerobohan mereka bertiga, mereka tidak diizinkan masuk pelajaran Miss. Ika pada Pelajaran Bahasa Inggris
“Mana mungkin ada guru yang tidak marah ketika dibohongi oleh muridnya” ucap Lita dihati.
Seharusnya rencana mereka untuk menjemput tugas Fisika dan bolos dipelajaran Miss.Ika akan berjalan lancar. Apalagi tidak ada kecurigaan dari guru-guru lain, terutama buk Dita yang menemui mereka dijalanan. Tapi, karena faktor waktu dan kebingungan semuanya hancur. Kini Lita sadar bahwa, sepandai-pandai musang menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium juga.
Air mata Lita pun terjatuh mengingat masalah yang dialaminya, Lita begitu sedih. Karena baru kali ini dia dimarahi oleh guru sampai tidak diizinkan masuk pelajaran. Ada sejuta ketakutan yang mendera dihati Lita. Lita takut masalahnya ini akan menjadi besar.
“Besok aku akan coba menemui Miss.Ika, aku harus jelaskan semuanya” ucap lita sambil menghapus airmatanya.
***
“Nin, Sin aku punya rencana. Bagaimana kalau kita menemui Miss nanti saat jam istirahat” ide Lita kepada teman-temannya.
“Mana mungkin ta, miss pasti tidak mau menemui kita. Kemarin aja aku ketemu Miss. Miss hanya buang muka” pendapat Sinta tentang ide Lita.
“Ayolah, kita coba dulu,” pinta Lita.
Sinta dan Nindi akhirnya pun setuju. Diantara mereka bertiga yang paling tenang hanya Nindi.
***
Bel pun bunyi, menandakan waktu istiahat. Lita dan teman-temannya pun lansung bergegas menemui Miss tanpa singgah dikantin terlebih dahulu.
“Kamu yakin akan menemui Miss sekarang” tanya Sinta masih ragu.
“Yakin” jawab Lita dengan tegas.
“Itu Miss!” seru Nindi.
Dikeramaian,mereka bertiga pun berteriak memanggil Miss. Namun, Miss hanya diam seperti tidak mendengar. Dengan segera, mereka menuju Miss. Belum sampai didekat Miss, Miss lansung masuk keruangan Buk Afsha. Karena takut dimarah, mereka pun bersedia menunggu Miss. Tapi karna terlalu lama menunggu, Lita pun memberanikan diri menemui Miss langsung diruangan buk Afsha.
“Aku capek nunggu Miss, apalagi waktu Istirahat akan berakhir” ucap Lita dengan sedikit protes.
“Jadi gimana??” tanya Sinta.
“Kita langsung saja masuk keruangan buk Afsha, untuk menemui Miss”jawab Lita dengan tenang.
“Aku takut Miss dan buk Afsha akan marah” ucap Nindi dengan rasa takutnya.
“Aku rasa, miss pasti sudah cerita masalah kita ke ibuk Afsha” terka Sinta.
Dengan keraguan dan ketakutan mereka bertiga pun mencoba menemui Miss di ruangan buk Afsha. Namun, tidak satupun dari mereka yang berani mengetuk pintu. Perlahan, Lita pun mencoba mengetuk pintu.
Ketika sudah diizinkan masuk, Lita langsung meminta waktu kepada Miss. Tapi Miss menolaknya dengan mengatakan bahwa dia tidak ada waktu. Mendengar itu, merekapun pergi dengan rasa kecewa. Tanpa protes sedikitpun karena waktu istirahat mereka telah usai. Saat sudah sampai dikelas, semua teman-teman menanyakan masalah mereka. Namun, tidak satupun dari pertanyaan mereka yang dijawab.
Bel pun berbunyi, menandakan waktu pulang sekolah. Semua murid keluar dari kelas masing-masing. Seperti biasa, terdengar suara teriakan senang dari beberapa murid. Tapi tidak bagi mereka bertiga, mereka belum tenang. Karena masalah mereka yang belum terselesaikan. Mimi dan Mia masih setia menunggu Lita. Sebelum pulang, mereka kembali mencoba menemui Miss. Tapi, karena Miss lagi sibuk dengan anak ekskul drumband, mereka pun pulang dengan sedikit keraguan. Mana mungkin mereka sanggup menemui Miss yang sedang mendandani seluruh anak perempuan di Group Drumband sekolah kami.
Lita sampai dirumah dengan wajah yang kusut. Tidak satupun anggota keluarganya mengetahui masalah yang ia alami di sekolah. Hari yang makin panas membuat wajah perempuan berkerudung ini semakin kusut. Lita semakin tidak tenang,dan ia pun mencoba SMS Sinta.
“Sin, aku ingin menemui Miss dirumahnya” pesan terkirim untuk sinta.
“Sebaiknya tidak deh. Aku rasa Miss lagi tidak ada dirumah. Mungkin Miss lagi mendampingi anak drumband” jawab Sinta seperti ragu.
“Kita coba aja dulu, ayolah..” pinta Lita
Namun untuk kali ini, sinta tidak membalasnya. Lita pun tidak mempermasalahkannya. Dengan segera, Lita bersiap-siap pergi. Tidak ada yang bisa mematahin semangatnya Lita.
***
Ketika sampai dirumah Sinta, Lita segera memanggil temannya dengan teriakan yang membuat tetangga pada bangun dari tidur siang mereka. Sinta lansung keluar dan menemui Lita yang tampak kecapean.
“Sebentar ya ta, aku ganti baju dulu” ucap Sinta setengah teriak.
Mereka pun beranjak pergi. Saat dijalan, Sinta dan Lita pun mengingat teman mereka yang tidak ikut bersama mereka. Yaitu Nindi.
“Nindi gimana ni?” Tanya Sinta dengan sedikit tidak tenang.
“Nanti kita sampaikan aja permohonan maaf dari Nindi” jawab Lita mantap.
Hari semakin panas. Matahari membakar seisi bumi ini, tak terkecuali mereka berdua. Perjalanan yang mereka tempuh bukanlah dekat. Terpikir oleh mereka, pengorbanan Miss yang ingin mengajar. Hal ini membuat mereka semakin merasa bersalah.
“Akhirnya sampai juga” ucap sinta dengan senyum dibibir tipisnya.
“Aku takut, Miss akan mengusir kita” ragu Sinta.
Rumah Miss begitu sepi, mereka ragu Miss ada dirumah. Dengan nada yang sedikit rendah, mereka memanggil Miss. Tidak satupun orang dirumah itu yang menyahut. Mereka kembali mencoba memanggil Miss dengan suara yang sedikit keras.
Tiba-tiba Miss keluar dengan wajah yang kelelahan. Didalam hati, mereka berdua merasa telah menggangu waktu istirahat Miss. Mereka berdua pun melangkah masuk kerumah miss dengan ragu.
“Miss! kami berdua dan Nindi mau minta maaf, atas kesalahan yang kami lakukan” ucap mereka dengan nada yang begitu rendah.
“Kemarin kalian kemana?” tanya Miss sedikit memarahi.
Kami berdua pun menjelaskan semuanya dengan terbata-bata.
“Awalnya saya sudah curiga. Apalagi Nindi, saat pelajaran saya dia sering sekali keluar. Saya betul-betul marah dan kecewa dengan kalian. Sudah dibohongi, tidak masuk pula. Kata Rini, kalian sudah datang sebelum saya keluar. Tapi kalian tidak mau masuk. Apa salahnya kalian masuk, jadi saya tidak begitu marah sama kalian bertiga.” omel Miss dengan nada yang sedikit tinggi.
“Miss, kami betul-betul minta maaf. Kami menyesal” ucap kami sambil berharap.
“Nanti buat lagi ya?” ucap Miss sedikit menyindir.
“Tidak Miss, janji” janji kami berdua.
“Untuk kali ini saya maafkan. Awas kalau kalian buat lagi” Jawab Miss dengan sedikit mengancam
Wajah mereka yang ketakutan pun berubah menjadi senang. Seperti matahari yang sedang bersinar terang. Suasana panas pun tidak lagi mereka rasakan. Tapi, masih ada hal yang masih belum terselesaikan
“Miss, apakah kami boleh masuk kedalam pelajaran miss lagi?” tanya sinta dengan wajah penuh harap
Awalnya Miss menjawab "Tidak" dengan tersenyum tipis diwajahnya.Tternyata itu hanyalah sebuah candaan. Miss masih mengizinkan mereka berdua masuk kepelajarannya.
“Kalau Nindi miss?” Tanya Lita penasaran.
“Saya mau dia minta maaf langsung dengan saya” pinta miss.
Mereka pun bergegas pamit. Karena tak ingin menganggu waktu istirahat miss.
Saat dijalan, mereka berdua masih memikirkan nasib Nindi. Mereka berniat menemui Mimi dan menceritakan kebahagian mereka ke Mimi.
***
Pagi ini begitu cerah. Tak ada lagi beban yang akan mereka pikul. Hanya saja nasib Nindi yang berstatus gantung. Lita dan Sinta menceritakan semuannya kepada Nindi.
“Ta, nanti temenin aku ketemu sama miss ya” pinta nindi kepada Lita.
Lita pun mengangguk tanda setuju. Nindi dan Lita pun menemui Miss. Dan kini masalah yang mereka pikul telah lepas. Mereka sadar bahwa masih ada sedikit sayang dihati setiap guru, walaupun dia kecewa pada muridnya. Dan sekarang merekapun lebih menghargai setiap guru.
*Marliza (teman Mimin Mumut)