-->
Jika
ada kekuatan yg tidak bisa dikalahkan oleh cinta, itulah jarak. Dia bisa
semena-mena sesuai waktu, kapanpun ia mau. Jarak bisa merubah apapun.
*Selangor,
1 Syawal 1431 H
Attar
merapikan berkas-berkas yang berantakan dan beberapa tumpukan print yang masih
pending. Meraih handphonenya, terhubung ! “mak, attar tak sempat balik raye ni
tak terkejar, maybe siap shalat id balik ke indo. Attar minta maaf
banyak-banyak,” ucap Attar melalui videocall.
Semua
mengerti, emak hanya tersenyum menatap layar handphone, “iya Attar, mak juga
ya”. Emak meneteskan air mata rindu, Attar tak kuasa, diciuminya layar
handphone, haru malam tabiran memenuhi suasana hati Attar saat ini.
Hp Attar
bergetar, 1 Massage, dari Jasmin “Awak tunggu dimana ?”, seketika ! “depan
taman biasa”. Attar mengemudikan mobilnya menuju taman, disana sudah ada Jasmin
dan kawan-kawan. Attar bahagia namun semuanya terasa belum lengkap, dia
memandang bintang yang berkelap-kelip, disisi langit lain malam ditutupi
segelumit awan, sedikit gerimis. “Apakah kamu sedang menangis disana ? Jejen ?”
*Bogor, 1 Syawal 1431 H
Jeni
memandang langit cerah malam ini, segera ia raih syal dan mengenakkan kerudung
panjangnya. “aku rindu kampong halamanku” hatinya penuh sesak. Maria mengikuti
Jeni, “jadi takbiran keliling ?”, Jeni mengangguk, sembari membuka garasi.
Maria bersiap-siap.
“ntar Soni
dan Agung nungguin kita depan Kebun Raya” ucap Maria. “berdua saja?” Jeni
mengeryitkan kening. “Enggak tahu juga, Silvia, Nini mungkin juga ikut” Jeni
mengangguk. Jeni menyetir memang agak laju dalam 15 menit Nissan Juke tersebut
sudah sampai di depan Kebun Raya. Ada
Soni, Agung dan Nini disana, Silvia balik ke Ponorogo.
Jam segini
orang sudah ramai, anak-anak sibuk main petasan, kembang api, mereka menunggu rombongan dari kampus ada acara
takbir keliling, mobil sengaja diparkir disini kata Agung lumayan aman ada
satpamnya.
Jeni
memisahkan diri dari rombongan, duduk sendiri dikoridor, memencet tombol hape.
Terhubung ! “Ayah, ibu ? Selamat Idul Fitri. Minta maaf segala salah, besok
Jeni pulang, Jeni Rindu” Jeni terisak hatinya sesak. Ibu menangis, lebih parah
dari Jeni, ayah menenangkan. “Iya Jen. Kami disini juga minta maaf, hati-hati
disana, jangan lupa shalat” Ujar ayah. Telepon ditutup. Ayah masih seperti
dulu, selalu mengingatkan Jeni. Jeni memandang langit ada 1 yang kosong,
difikirannya, dihatinya, sosok Attar yang jauh disana, Jeni melukis di Langit,
melukiskan namanya dan Attar dan nama anak-anak mereka esok kelak. Ada 3 calon
nama, Attar suka angka 3. Aku masih bertahan disini sayang :’), Jeni menunduk,
dadanya semakin sesak, tangisnya menjadi-jadi. Agung mendekatinya. “What Happen
sweety ?”, Jeni masih tertunduk “Nothing!!!!” berlari kepelukan Maria, Maria
mengusap air mata Jeni, Maria tau apa yang sedang terjadi dan berbisik, “dia
juga merindukanmu disana”
*bukankah sudah dikatakan ? jarak itu sangat
kejam, apapun itu yang bernama jarak. Attar dan skripsinya siap-siap menuju
persidangan untuk gelar magisternya, 3 bulan lagi Attar akan pulang ke
Indonesia, kecuali jika Jasmine ngotot. _____ Jeni sibuk dengan segala macam
praktikum, makalah dan lain-lain. Biologi sangat ia sukai sejak kecil, melihat
kupu-kupu terbang, ulat dan dedauanan di kebun kakek, dan segala macamnya. Jeni
akan tetap di Bogor sampai setahun kedepan, paling cepat gelar sarjana akan
didapatnya 3 tahun setengah, 2 tahun setengah sudah ia lalui dengan susah
payah, saat sekarang ini tidak ada kepastian mengenai hubungannya dengan Attar,
sedangkan Agung dan segala macam perhatiannya selalu ada untuk hari-hari Jeni*
4
Bulan kemudian…
*Riau…..
“Assalamualaikum” Emak membuka pintu. Belum sempat emak
menjawab, Attar langsung mendekap emak, Jasmine tersenyum haru.
“kenalin,
ini Jasmine, teman Attar” Emak sudah menduga.
*Bogor…..
“gue masih
ada 5 sks, belum lagi proposal, skripsi apalagi” Jeni bersandar di sofa
kostnya. “Elu mah mendingan, gue masalah sama satu dosen, nilai E itu sesuatu
yang mustahil dihidup gue” Maria memandangi langit-langit kamar. Menatap Jeni.
“gimana
hubungan lo dengan Attar ?” Jeni tertunduk “Semakin rumit, 2 years, gue
bertahan buat dia… terkahir ketemu setahun yang lalu di MP, terus gue nelfonin
dia 6 bulan yang lalu” ungkap Jeni. “akhirin aja, agung masih nunggu”. “gue gak
bisa mar, gue udah terlanjur sayang”. Hening seketika. “dan loe yakin dia masih
sayang sama loe ? banyak cewek di luar sana Jen”. “Maaf kalau gue udah
nyia-nyiain Agung”
Kata
“PUTUS” memang tidak pernah terucap, rasa gelisah Jeni, ketakutan untuk memulai
lebih awal, toh, selama ini tak ada kesadaran Attar untuk memulai, Jeni takut
menganggu Attar. Namun, sekarang Attar sudah mendapatkan Magisternya, Attar
pasti sudah pulang ke Riau. Tak ada kabar, sepi. Nomernya ganti, yaaa !!! Jeni
sudah mengerti apa yang sedang terjadi sekarang.
__
“saye nak balik ke malay, awak antar say eke bandara segera”Jasmine sudah rapi
dengan ranselnya. “what ???” Attar
terkejut. “segera sajelah, nanti di bandara saye terangkan”__
“saye letih berkorban untuk awak, but awak
masih save gambar dia, awak masih cintakan dia. Okelah. Biar saye yang
pergi dari awak. Lagipun saye tak betah
berdiam lame kat indo ni. Masadepan saye bukan kat sini” Jasmine berang,
mukanya merah, mencabik-cabik photo Jeni, menginjak-injaknya. Attar memandangi
Jasmine.
“but, saye tak da komunikasi dengan dia
semenjak awak larang, saye tepati cakap saye. Soal hati saye boleh jujur kat
awak, memang dia masih jauh tersave di hati saye paling dalam” Attar memungut
keping-keping photo Jeni yang berserakan. Semua pengunjung bandara menatap
heran, Jasmine berlari menuju loket. Attar tak mengejar “saye minta maaf” lalu
berbalik arah. “Jasmine, semua ini karena kamu, Apa kabar Jeni??” Attar pulang
kerumah. __
1 Syawal 1433 H, Pekanbaru
Attar duduk termenung di taman kota,
menyaksikan takbiran keliling. Melirik jam tangan, sudah pukul 20:00 WIB. “lama sangat” Attar mendesah. Seseorang
berlari menuju taman, terengah-engah. “Maaf lama, Jeni shalat dulu”. “Yaaa…
saye maafkan” ucap Attar. “ehhh, abang.
Gue muak tau denger lu ngomong bahasa malay”
Jeni terbahak. Attar mecubit pipi kekasihnya itu. “Terimakasih untuk
penantian selama ini jelek, ini malam takbiran pertama kita, hanya berdua”
Attar tersenyum. Jeni manyun beberapa senti, duduk disamping Attar. “Jeni sudah
bilang ayah dan ibu, kata meraka….???” !!!!! hening sesaat !!!! “Boleh Abang
kerumah”.
“Iyakah ??” Jeni
mengangguk pelan. Diciuminya kening Jeni. “Berarti besok kita takbiran gak
berdua lagi” ungkap Attar. “Terus???” “Ada Langit, Layla dan Guntur” Attar
mengerdipkan matanya, tersenyum genit kearah Jeni. Nama yang 2 tahun lalu Jeni
ukir di langit Kota Bogor, Amiiiin….
Terimakasih
kepada waktu yang masih berbaik hati untuk tidak membunuh yang namanya
Kesetiaan…